Saturday 17 November 2012

GENDANG SIANTAN


Seorang raja mempunyai 7 (tujuh) orang anak. Anaknya yang paling bungsu sedang dalam keadaan hamil, suaminya berkata, “ apabila anak ini lahir akan saya berikan kepada jin. Dan hal ini seringkali dikatakanya. 
Alkisah, terdengarlah oleh jin apa yang dikatakannya itu, sehingga jin tersebut menjelma menjadi seperti manusia. Jin itupun mencari orang tua bayi yang masih dalam kandungan tersebut. 
Setelah jin bertemu dengan orang tua dari bayi dalam kandungan tersebut, jinpun bertanya, “ betulkah bapak akan memberikan anak bapak kepada jin ? “sang Bapakpun menjawab,” betul, apabila anak saya lahir akan saya berikan kepada jin”. Lalu jin yang menjelma seperti manusia itupun berkata,”kalau begitu, saya mau anak ini dan segala keperluan anak ini dan keluarganya akan saya tanggung. Sampai anak ini berusia 15 tahun saya akan datang untuk menjemputnya. Beberapa bulan kemudian lahirlah seorang anak perempuan yang berparas sangat cantik dan elok.
Waktu terus berlalu dan Setelah anak tersebut berusia 15 tahun datanglah jin untuk mengambilnya sesuai dengan janji orang tua anak tersebut. Jinpun berkata,” sayalah jin yang akan mengambil putri tuan sesuai dengan janji tuan sebelumnya. Orang tua anak tersebut terkejut dan hati merekapun gundah gulana mendengar perkataan jin tersebut sehingga orang tua tersebut tidak sanggup melihat anak mereka dibawa oleh jin ke khayangan. 
Sesampai dikhayangan, putri tersebut menangis sedih tiada henti-hentinya setiap hari. Sehingga pada suatu ketika orang tua angkatnya ( jin ) bertanya kepada si putri, “ mengapa engkau menangis tiada hentinya setiap hari ?”. si putri tersebut menjawab,” saya sedih bukan karena jauh dari ibu bapak saya tapi saya sedih karena saya merasa kesepian tanpa adanya hiburan”. Lalu sang jin bertanya,”hiburan apa yang engkau inginkan ?”. si putri menjawab,” tolong ambilkan saya sebatang kayu yang mempunyai tampang 2 ( dua ) belah yang berserap ujung dan tugak (pangkal).
Kemudian bapak angkatnya memenuhi permintaan putri tersebut dan terkabullah permohonannya. Setelah itu si putri meminta tali yang panjangnya sampai kebumi untuk bermain-main. Entah berapa lama si putri berada di khayangan, lalu si putri berpikir untuk turun kebumi tanpa sepengetahuan sang jin.
Kemudian kayu tersebut diikat dengan tali, lalu si putri masuk kedalam kayu. Dengan menggunakan kayu tersebut, si putri pun turun kebumi dan jatuh terombang ambing dilaut, sehingga akhirnya terdampar dipantai. 
Alkisah selanjutnya, terdapatlah sebuah keluarga 3 beranak yang tinggal diatas gunung. Gunung tersebut bernama gunung Kuatang. Anak laki-laki dari keluarga tersebut turun kepantai untuk mencari makanan laut. Sambil berjalan ditepi pantai terdengarlah olehnya suara bunyi-bunyian yang merdu dari tepi bebatuan. Lalu dengan berhati-hati anak laki-laki tersebut segera pergi ketempat asal bunyi-bunyian itu. Lalu terlihat olehnya sebatang kayu yang terombang-ambing ditepi bebatuan sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yang sangat merdu. Setelah kayu tersebut diambil, ternyata didalamnya terdapat seorang putri yang tidak sadarkan diri. Lalu kayu tersebut bersama dengan tuan putri dibawa pulang ke gunung kuatang. 
Setelah sadarkan diri, lalu sang putri memutuskan untuk tetap tinggal bersama keluarga tersebut di gunung kuatang. Dan kayu yang digunakan oleh putri tersebut untuk turun kebumi dijadikan suatu alat permainan ( yang selajutnya disebut “gendang” ) sebagai alat penghibur dari anak laki-laki dan putri tersebut.
Setelah sekian lama di gunung kuatang, oleh orang tunya, anak laki-laki tersebut di kawinkan dengan tuan putri. Selang beberapa lama, turunlah keluarga tersebut dari gunung kuatang ke teluk nyabuk, kayu yang dijadikan alat permainan itupun dibawa serta.
Dari sinilah pecahan permainan tersebut dimulai sehingga akhirnya permainan tersebut dinamakan “ Main Nyabuk “. Setelah zaman berganti zaman dan seiring dengan perkembangan cara berpikir masyarakat, lalu permainan Nyabuk berganti nama dengan “ gendang Siantan “ karena permainan tersebut dimainkan oleh masyarakat siantan ( sebelum pemekaran ). Hingga sekarang permainan gendang siantan tersebut dimainkan dalam rangka upacara perkawinan pada malam cecah inai.

No comments:

Post a Comment