Seorang raja mempunyai
7 (tujuh) orang anak. Anaknya yang paling bungsu sedang dalam keadaan hamil,
suaminya berkata, “ apabila anak ini lahir akan saya berikan kepada jin. Dan
hal ini seringkali dikatakanya.
Alkisah, terdengarlah oleh jin apa yang dikatakannya itu, sehingga jin tersebut
menjelma menjadi seperti manusia. Jin itupun mencari orang tua bayi yang masih
dalam kandungan tersebut.
Setelah jin bertemu dengan orang tua dari bayi dalam kandungan tersebut, jinpun
bertanya, “ betulkah bapak akan memberikan anak bapak kepada jin ? “sang
Bapakpun menjawab,” betul, apabila anak saya lahir akan saya berikan kepada
jin”. Lalu jin yang menjelma seperti manusia itupun berkata,”kalau begitu, saya
mau anak ini dan segala keperluan anak ini dan keluarganya akan saya tanggung.
Sampai anak ini berusia 15 tahun saya akan datang untuk menjemputnya. Beberapa
bulan kemudian lahirlah seorang anak perempuan yang berparas sangat cantik dan
elok.
Waktu terus berlalu dan Setelah anak tersebut berusia 15 tahun datanglah jin
untuk mengambilnya sesuai dengan janji orang tua anak tersebut. Jinpun
berkata,” sayalah jin yang akan mengambil putri tuan sesuai dengan janji tuan
sebelumnya. Orang tua anak tersebut terkejut dan hati merekapun gundah gulana mendengar
perkataan jin tersebut sehingga orang tua tersebut tidak sanggup melihat anak
mereka dibawa oleh jin ke khayangan.
Sesampai dikhayangan, putri tersebut menangis sedih tiada henti-hentinya setiap
hari. Sehingga pada suatu ketika orang tua angkatnya ( jin ) bertanya kepada si
putri, “ mengapa engkau menangis tiada hentinya setiap hari ?”. si putri
tersebut menjawab,” saya sedih bukan karena jauh dari ibu bapak saya tapi saya
sedih karena saya merasa kesepian tanpa adanya hiburan”. Lalu sang jin bertanya,”hiburan
apa yang engkau inginkan ?”. si putri menjawab,” tolong ambilkan saya sebatang
kayu yang mempunyai tampang 2 ( dua ) belah yang berserap ujung dan tugak
(pangkal).
Kemudian bapak angkatnya memenuhi permintaan putri tersebut dan terkabullah
permohonannya. Setelah itu si putri meminta tali yang panjangnya sampai kebumi
untuk bermain-main. Entah berapa lama si putri berada di khayangan, lalu si
putri berpikir untuk turun kebumi tanpa sepengetahuan sang jin.
Kemudian kayu tersebut diikat dengan tali, lalu si putri masuk kedalam kayu.
Dengan menggunakan kayu tersebut, si putri pun turun kebumi dan jatuh terombang
ambing dilaut, sehingga akhirnya terdampar dipantai.
Alkisah selanjutnya, terdapatlah sebuah keluarga 3 beranak yang tinggal diatas
gunung. Gunung tersebut bernama gunung Kuatang. Anak laki-laki dari keluarga
tersebut turun kepantai untuk mencari makanan laut. Sambil berjalan ditepi
pantai terdengarlah olehnya suara bunyi-bunyian yang merdu dari tepi bebatuan.
Lalu dengan berhati-hati anak laki-laki tersebut segera pergi ketempat asal
bunyi-bunyian itu. Lalu terlihat olehnya sebatang kayu yang terombang-ambing
ditepi bebatuan sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yang sangat merdu. Setelah
kayu tersebut diambil, ternyata didalamnya terdapat seorang putri yang tidak
sadarkan diri. Lalu kayu tersebut bersama dengan tuan putri dibawa pulang ke
gunung kuatang.
Setelah sadarkan diri, lalu sang putri memutuskan untuk tetap tinggal bersama
keluarga tersebut di gunung kuatang. Dan kayu yang digunakan oleh putri
tersebut untuk turun kebumi dijadikan suatu alat permainan ( yang selajutnya
disebut “gendang” ) sebagai alat penghibur dari anak laki-laki dan putri
tersebut.
Setelah sekian lama di gunung kuatang, oleh orang tunya, anak laki-laki
tersebut di kawinkan dengan tuan putri. Selang beberapa lama, turunlah keluarga
tersebut dari gunung kuatang ke teluk nyabuk, kayu yang dijadikan alat
permainan itupun dibawa serta.
Dari sinilah pecahan permainan tersebut dimulai sehingga akhirnya permainan
tersebut dinamakan “ Main Nyabuk “. Setelah zaman berganti zaman dan seiring
dengan perkembangan cara berpikir masyarakat, lalu permainan Nyabuk berganti
nama dengan “ gendang Siantan “ karena permainan tersebut dimainkan oleh
masyarakat siantan ( sebelum pemekaran ). Hingga sekarang permainan gendang
siantan tersebut dimainkan dalam rangka upacara perkawinan pada malam cecah
inai.
No comments:
Post a Comment